Halo pembaca yang cerdas! 

Dalam kesempatan ini saya mencoba membuat wacana singkat mengenai banjir yang kerap terjadi di Jakarta. Hampir setiap musim penghujan tiba bencana banjir ini kembali melanda, namun sering kali pemerintah dan masyarakat me-lupakannya kembali setelah musim hujan ini berlalu. Pola retoris seperti ini yang terus menerus berulang menyebabkan penanganan yang tidak serius. Sebagai seorang Urban Desainer hal ini menjadi perhatian yang serius dan perlu penanganan yang segera. Sebagai contoh teman summerschool saya yang datang dari University of Florida yang mengeluhkan tingginya genangan yang hanya 1 cm di jalan. Mereka merasa tidak nyaman dengan kondisi jalan kita yang basah dan menggenang setelah hujan, mereka menanyakan bagaimanakah sistem sanitasi di negeri ini ? Kepedulian ini yang perlu kita contoh, kita sudah terlalu lama berada pada kondisi yang menerima nasib, keinginan untuk merubah ini merupakan peluang besar untuk membawa kepada bangsa yang lebih baik. 

Untuk dapat melakukan penangan terhadap banjir, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadi nya banjir di daerah Jakarta. Dari sekian banyak nya variable hanya akan dibahas 4 saja yang merupakan terbesar penyumbang banjir di Jakarta :
  1. Kontur DKI Jakarta relatif datar. Kondisi geografi ini menyebabkan aliran air relatif lambat, belum lagi dengan bertumpuknya ber ton-ton sampah serta terciptanya cekungan pada beberapa daerah. Logika sederhana nya seperti ini, ketika daerah datar dengan aliran air yang lambat apabila menerima tambahan air (hujan) kemana kah air ini akan mengalir? tentunya meluber kesamping a.k.a banjir
  2. Kondisi tanah DKI jakarta hampir dikategorikan kedalam tanah lempung/liat pada daerah pantai. Tekstur tanah yang lembut ini menyebabkan kurangnya inspirasi (peresapan air oleh tanah). Padahal pembangunan di kota Jakarta ini terus menerus dilakukan tanpa dilakukan upaya perbaikan kualitas daya serap air oleh tanah.
  3. Adanya jumlah air tambahan yang datang dari atas (daerah Bogor). Pada kondisi normal mungkin debit air tidak begitu banyak, namun pada musim penghujan bisa mencapai 2,5-3cm yang apabila dihitung jumlah air yang datang selama hujan dengan besar nya tempat-tempat penampungan (waduk dan situ) tidak sebanding. Logika nya seperti ini, situ atau waduk yang seharus nya bisa menjadi tempat penampungan air seharusnya diletakkan ditempat yang tinggi, namun pada kenyatannya justru malah berada di bawah. Posisi lebih rendah ini menyebabkan fungsi nya bukan sebagai tempat pengatur debit air, namun hanya sebagai penampungan! yang apabila kiriman air nya banyak maka tetap saja air meluap kesamping seperti no.1
  4. Kejadian keempat merupakan faktor alam yang mungkin dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu terjadi nya ROB ri kota-kota di khatulistiwa. Efek pemanasan global yang menyebabkan mencairnya massa es di kutub utara dan selatan mengakibatkan bertambanya jumlah massa air di daerah khatulistiwa. Mengapa demikian, logika sederhana yang dapat dipahami adalah seperti ketika sebuah bola yang basah, kemudian kita putar. Dapat dilihat air yang menciprat membentuk satu garis pada bagian tengah. Hal ini sama dengan kejadian yang dialami oleh bumi kita. 
Wacana singkat ini hanya mengambil permasalahan praktis saja, yang walaupun sebenarnya masih banyak permasalahan lain yang bersifat kompleks, Dari permasalahan tersebut kemudian dapat kita ambil variable kunci yang menjadi permasalahan adalah datar, sampah, tambahan massa air dan hujan. Dari ketiga faktor ini yang merupakan faktor terbesar penyumbang masalah adalah bertambahnya massa air. Darimanakah asal aliran ini, sudah pasti dari hujan. Oleh karena itu faktor utama yang perlu diselesaikan adalah pembuatan situ/waduk di daerah selatan sebagai hulu sungai yang dapat mereduksi jumlah debit air yang akan turun ke Jakarta. Luasan waduk ini dapat diukur dengan perkiraan jumlah debit air yang turun ketika hujan dengan kemampuan tanah untuk dapat menyerap air tersebut. Setelah didapat hitungannya, beberapa waduk dibuat didaerah atas ini, akjirnya bisa dipastikan berapa hektar tanah yang harus dirubah menjadi waduk. 

Sebuah solusi yang cukup masuk akal namun kerap kali terbendung masalah harga tanah dan konsolidasi lahan yang pasti akan terjadi. Apalagi kalau melihat harga tanah di Jakarta Selatan yang sekarang semakin tinggi!. Namun segala  bentuk sumbangan merupakan apresiasi yang besar untuk bangsa ini, penulis yakin ide ide inilah yang nantinya akan menjadi terobosan dalam pembangunan suatu kota. :)

Best Regard
A+A